Wednesday, June 20, 2007

humor


Seperti halnya wujud penggunaan bahasa pada umumnya wacana humor itu beragam. Humor merupakan aktivitas kehidupan yang sangat digemari. Di sini humor menjadi bagian hidup sehari-hari. Humor tidak mengenal kelas sosial dan dapat bersumber dari berbagai aspek kehidupan. Humor adalah cara melahirkan suatu pikiran, baik dengan kata-kata (verbal) atau dengan jalan lain yang melukiskan suatu ajakan yang menimbulkan simpati dan hiburan. Dengan demikian, humor membutuhkan suatu profesi berpikir. Seorang pakar budaya Jawa, Prof. Dr. Poerbadjaraka mengatakan dengan humor kita dibuat tertawa, sesudah itu kita disuruh pula berpikir merenungkan isi kandungan humor itu, kemudian disusul dengan berbagai pertanyaan yang relevan dan akhirnya kita disuruh bermawas diri. Humor bukan hanya berwujud hiburan, humor juga suatu ajakan berpikir sekaligus merenungkan isi humor itu. Humor yang beredar di masyarakat memiliki beragam bentuk dan fungsi. Dari bentuknya, ada humor yang berbentuk lisan, tulis, bahkan gambar yang biasa disebut karikatur. Humor yang berbentuk tulisan biasanya disampaikan dalam bentuk cerita humor dan teka-teki. Pada humor tulis ini hanya dapat dilihat aspek kebahasaan (verbal) yang meliputi frase, klausa, dan kalimat. Penggunaan bahasa seperti humor, dalam berbagai konteks komunikasi menyebabkan munculnya bentuk-bentuk wacana. Karena humor sebagai suatu bentuk atau jenis wacana, maka wacana humor ini dapat diteliti dengan analisis wacana. Anak-anak sebagai bagian dari masyarakat mempunyai ciri-ciri tertentu nyang membedakannya dari kelompok masyarakat yang lain termasuk dalam menyampaikan humor. Humor yang beredar di kalangan anak-anak merupakan refleksi dari cara berpikir dan berpendapat yang dipengaruhi oleh kebiasaan berpikir objektif, berpikir kritis, dan kreatif, dan juga menunjukkan keluguan dari tutur kata yang polos serta kepedulian dalam menyikapi fenomena hidup yang terjadi sekarang ini, baik itu dialami dengan dirinya sendiri, teman-teman, orang tua atau keluarga, guru, maupun masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh deskripsi humor anak-anak yang meliputi (1) tema humor, (2) komposisi humor, dan (3) fungsi pragmatik humor. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskripstif kualitatif, karena datanya berupa paparan bahasa. Data penelitian ini adalah cerita humor anak-anak yang sudah dibukukan. Sedangkan sumber datanya adalah teks-teks tulis wacana humor anak-anak yang sudah dibukukan juga. Pengumpulan data dilakukan dengan jalan membaca seluruh teks humor anak-anak, kemudian mengidentifikasi satuan-satuan tutur dalam humor anak-anak, dan selanjutnya memberi urutan nomor pada cerita yang dijadikan fokus penelitian. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan adalah berupa tabel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktural fungsional dan pragmatik. Dengan pendekatan ini, humor dipandang sebagai wacana humor yang memiliki unsur-unsur struktural (aspek verbal-kebahasaan) dan prinsip-prinsip pragmatiknya. Prinsip-prinsip pragmatik ini terdiri dari Prinsip Kerjasama (PK), Prinsip Sopan Santun (PS), dan Prinsip Ironi (PI). PK di sini merupakan suatu prinsip pragmatik yang menjelaskan hubungan antara makna dan daya untuk mencari kebenaran, dalam arti cara pengungkapan atau penyampaian sesuatu yang tidak langsung. PS adalah suatu prinsip pragmatik yang berfungsi sebagai penyelamat PK dan PI. Dan PI merupakan suatu prinsip pragmatik yang menjelaskan suatu sikap sopan santun yang tidak tulus sebagi pengganti sikap tidak sopan. Dari hasil analasis data, diperoleh simpulan sebagai berikut. (1) Tema wacana humor anak-anak mulai dari dunia pendidikan sampai dengan dunia lingkungan sekitar (alam) tersebut dapat disimpulkan bahwa tema wacana humor anak-anak terdiri dari tema pendidikan, tema sosial (masyarakat), tema berhitung, tema bermain dan tamasya, tema kesehatan, tema makanan, dan tema lingkungan (alam); (2) komposisi wacana humor anak-anak dapat berupa monolog, dialog, dan campuran monolog dan dialog yang terdiri atas 1) bagian pembuka yang berupa paparan di mana berfungsi memberikan deskripsi suatu keadaan, dan 2) bagian inti yaitu dialog yang mengemukakan tanggapan atau aspek dari keadaan tersebut yang memunculkan efek kelucuan; sedangkan 3) bagian penutup tidak ada. Dengan kata lain, dari sudut retorika, humor yang diteliti hanya terdiri dari bagian pembuka dan inti, sedangkan penutup tidak ada. Hal ini mungkin karena penutup itu dianggap tidak penting; karena memang maksud humor itu mendatangkan kejutan; dan (3) fungsi pragmatik wacana humor anak-anak pada umumnya bersifat menghibur, yang bukan berarti fungsi menghibur ini berbicara tentang hal-hal yang tidak atau kurang bermakna. Secara umum, penggunaan bahasa untuk mencapai efek kelucuan pada humor anak-anak digunakan teknik kejutan, yang terdiri dari ironi dan plesetan.

No comments: